UTUSANRIAU.CO - Dalam upaya menekan angka pengangguran dan memperluas akses informasi ketenagakerjaan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Provinsi Riau kembali menggelar Pasar Kerja Setiap Minggu (PASKETEMU) pada pekan lalu Rabu (4/6/2025), dengan menggandeng Bank Mandiri sebagai salah satu mitra perusahaan turut berpartisipasi yang seb
elumnya sudah sukses digerlar bersama PT PKSS dan Ekafood.
Kepala Disnakertrans Riau, Boby Rachmat, menyebut bahwa PASKETEMU adalah solusi efektif dalam mendekatkan layanan ketenagakerjaan kepada masyarakat tanpa memerlukan biaya tambahan seperti sewa tempat. “Kami ingin menghadirkan layanan yang praktis, cepat, dan berdampak nyata bagi pencari kerja,” ujarnya kepada wartawan di kantornya, Rabu (18/06/25).
Pada saat iru, area Head Pekanbaru Bank Mandiri, Rindra Setiawan, menyambut baik program PASKETEMU yang digagas oleh Disnakertrans Provinsi Riau. Ia menilai program ini sangat membantu perusahaan dalam mencari sumber daya manusia tambahan secara efisien.
“Program ini sangat bermanfaat, terutama bagi kami di dunia perbankan yang selalu membutuhkan SDM berkualitas. Dengan sistem mingguan seperti ini, proses pencarian tenaga kerja menjadi lebih cepat dan terarah,” ujar Rindra.
Pasar Kerja Setiap Minggu terbuka untuk seluruh masyarakat, dan diharapkan dapat menjadi model inovatif yang menginspirasi provinsi lain dalam pengembangan layanan ketenagakerjaan.
Dikutip dari laman antaranews.com, Rencana Menteri Ketenagakerjaan Yassierli untuk menggelar bursa kerja (job fair) setiap pekan menjadi harapan tersendiri atas persoalan angka pengangguran yang tinggi akibat pelemahan aktivitas ekonomi.
Namun, harapan adalah dua sisi mata uang. Di balik optimisme, muncul pertanyaan mendasar terkait apakah ini benar-benar solusi, atau hanya ilusi?
Seberapa efektif bursa kerja mingguan ini dalam menjawab tantangan besar yang melilit pasar tenaga kerja di tanah air?
Solusi Holistik
Bursa kerja mingguan adalah langkah berani, tetapi ia tidak akan bisa berjalan sendirian. Untuk menjadi efektif, langkah ini harus didukung dengan sejumlah langkah pendukung lain.
Di dalamnya termasuk program pelatihan berbasis kebutuhan industri. Pemerintah perlu bekerja sama dengan perusahaan untuk menyusun pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Program seperti ini akan meningkatkan keterampilan pencari kerja dan menjembatani kesenjangan.
Selain itu juga harus ada kemitraan dengan dunia pendidikan. Seiring dengan itu lembaga pendidikan juga harus lebih fleksibel dalam menyesuaikan kurikulumnya dengan kebutuhan industri. Kolaborasi dengan perusahaan untuk menciptakan program magang wajib bisa menjadi solusi.
Kebijakan juga harus terbuka pada evaluasi dan penyesuaian. Frekuensi mingguan bisa jadi terlalu rapat. Mengadakan job fair secara bulanan tetapi dengan persiapan yang matang bisa jadi lebih efektif.
Ke depan juga perlu ada upaya untuk lebih fokus pada digitalisasi. Di era digital, platform daring seperti portal pekerjaan yang terintegrasi dan interaktif bisa melengkapi bursa kerja konvensional.
Namun, untuk memastikan angkatan kerja terserap dalam pasar tenaga kerja maka perlu langkah nyata yang lebih dari sekadar menyelenggarakan job fair mingguan.
Dibutuhkan upaya menyeluruh yang menjadikan setiap tenaga kerja Indonesia siap berkompetisi, bukan hanya di Tanah Air, tetapi juga di level global.
Inilah tantangan bersama untuk mengemas sebuah kebijakan menjadi langkah solusi yang dampaknya lebih efektif, lebih jauh, lebih besar, dan lebih terarah. **
sumber: uusanriau/antaranews.com